SASARAN PENILAIAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Pengembangan Sistem Evaluasi
PAI
Dosen Pengampu : DR. H. Ihsan, M,Ag
oleh :
ROSIDAH 111 645
MAHFUDH FAUZI 111634
M. HARUN MUAFIQ 111655
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
TAHUN 2013
SASARAN PENILAIAN
I.
PENDAHULUAN
Evaluasi atau
penilaian merupakan salah satu komponen perangkat derajat keberhasilan
pencapaian tujuan, dan keefektifan proses pembelajaran yang dilaksanakan.[1]
Sasaran
penilaian yang dilakukan oleh guru seharusnya meliputi: kalayakan program
pembelajaran (RP), keterlaksanaan proses pembelajaran (objektiv), dan
ketercapaian hasil pembelajaran (goal). Penilaian terhadap program atau rencana
pembelajaran, perlu dilakukan untuk memastikan bahwa RP yang disusun layak
untuk diimplementasikan. Proses pembelajaran juga perlu diukur dan dinilai,
terutama keterlaksanaan kegiatan belajar atau objektiv dan kendala-kendala yang
menyertainya. Penilaian terhadap hasil pembelajaran atau goal adalah
untuk mendapatkan informasi tentang pencapaian kompetensi hasil belajar murid.
Selama ini penilaian yang dilakukan oleh guru terfokus pada pencapaian goal
belum pada RP maupun keterlaksanaan proses pembelajaran.
Untuk memastikan
bahwa hasil pembelajaran yang berkesan dan mencapai goal atau sasaran yang
ditetapkan, seorang guru harus menyusun program atau rencana pembelajaran
dengan baik, mengimplementasikan program itu dengan seksama dan menjalankan
proses penilaian. Penilaian amat penting dilakukan pada banyak hal di kelas dan
di sekolah. Penilaian tidak hanya membantu proses pembelajaran dalam kelas
tetapi juga memberikan manfaat untuk menentukan objektif dan hasil pembelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran selanjutnya.
Penentuan
sasaran atau goal dan penentuan objektiv (proses atau kegiatan-kegiatan apa
yang diperkirakan dapat mewujudkan goal), harus dilakukan oleh guru sebelum ia
memulai pembelajaran. Baik objektiv maupun goal, ditentukan dan ditetapkan oleh
guru merujuk pada kurikulum dan silabus, serta disesuaikan dengan
informasi-informasi lain yang terkait dengan siswa, sekolah dan teknologi
masyarakat.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
saja unsur-unsur sasaran penilaian ?
2.
Apa
saja sasaran penilaian yang sifatnya kognisi ?
3.
Apa
saja sasaran penilaian yang sifatnya Afeksi ?
III.
PEMBAHASAN
1.
Unsur-unsur sasaran penilaian
Obyek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi
titik pusat pengamatan, karena penilai menginginkan informasi tentang
sesuatu tersebut.
Dengan masih menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran
penilaian untuk unsur-unsurnya meliputi : input, transformasi dan output.
A. Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh,dapat ditinjau dari beberapa
segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat
untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal
1. Kemampuan
Untuk
dapat meliputi program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa
harus memiliki kemampun yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.
2. Kepribadian
Kepribadian
adalah sesuatu yang terdapat dalam diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam
tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat
diperluknn. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian
atau personality test.
3. Sikap-sikap
Sebenarnya
sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau
gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan
sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak
orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengetahui
keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes
ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap attitude scale.
4. inteligensi
Untuk
mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang sudah banyak
diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan Binet
dan Simon yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Dari hasil tes akan diketahui 1Q
{Intelligence Quotient} orang tersebut.
B. Transformasi
Telah dijelaskan bahwa banyak unsur yang terdapat dalam
transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau obyek penilaian demi
diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi
yang menjadi obyek penilin antara lain :
1. Kurikulum/materi
2. Metode dan cara penilaian
3. Sarana pendidikan/media
4. Guru dan personal lainnya
C. Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti
program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes
pencapaian atau achievement test.
Kecenderungan
yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi
belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis.abstrak
psikomotorik,apalagi afektif, sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat
kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak
terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan
pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahya pembelajaran dan evaluasi
terhadap aspek afektifini, jika kita mau interospeksi, telah berakibat
merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutya berdampak luas pada merosotnya
akhlak bangsa.[2]
2.
Penilaian bersifat Kognisi
Salah satu obyek
atau sasaran evaluasi hasil belajar adalah aspek atau ranah kognitif. Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Hasil belajar ranah kognitif ini dikembangkan oleh Benjamin
S Bloomm dkk. Yang dituangkan dalam mereka yang berjudul “Taxonomy of
Educational Objectives, Handbook I: Cognitive Domain”. Menurut Benjamin S.
Bloom dkk (1956), segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,
termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
menyistesis, dan kemampuan mengevaluasi. Domain kognitif meliputi dan
menyatakan enam tingkat hirarki ketrampilam berfikir. Dimulai ketrampilan berfikir
tingkat rendah (pengetahuan dan pemahaman) dan dilamjutkan dengan kemampuan
berfikir tingkat tinggi (aplikasi, analisis, sistesis san evaluasi)
1.
Tingkat
kemampuan ingatan atau pengetahuan (knowledge)
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge
dalam taksonomi Bloom. Dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan factual
di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan,
definisi, istilah, ayat Al-Qur’an atau hadits tertentu, nama-nama tokoh
nama-nama kota,dll. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut
memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi
pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.
Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan
menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan
kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil belajar ingatan termasuk
kognitif tingkat yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini sering
menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafalan menjadi prasarat
bagi pemahaman (Nana Sudjana,2005). Misalnyauntuk dapat memahami hokum bacaan
izhar halqi, siswa harus mampu menghafal huruf-huruf izhar halqi, untuk
memahami arti suatu ayat al-Qur’an, ia harus hafal/mengetahui arti tiap-tiap
kata/lafal-lafal sari ayat tersebut dan sebagainya.
Kata kerja operasional yang biasanya
dipakai dalam merumuskan indikator kemampuan ingatan adalah menyebutkan,
mendefinisikan, menerangkan, member nama, menyusun daftar, mencocokkan, membuat
garis besar, menyatakan kembali, dan menamakan. Menyusun butir soal untuk
mengukur aspek pengetahuan/hafalan ini tidaklah terlalu sukar. Malahan para
penyusun tes hasil belajar, secara tidak sengaja banyak tergelincir atau
terperosok masuk kedalam kawasan ini. Dilihat dari segi bentuknya, soal tes
yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah bentuk
objektif seperti tipe melengkapi, tipe isian, tipe benar salah dan dapat juga
dengan pilihan ganda (Nana Sujdana, 2005)
2.
Tingkat
kemampuan pemahaman
Tipe hasil belajar ini lebih tinggi daripada pengetahuan. Pemahaman
adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik siswa mampu memahami
arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini,
peserat didik tidak hanya hafal secara verbalitis, tetapi memahami konsep dari
masalah atau fkta yang ditanyakan. Bukti seseorang itu memiliki kemampuan
pemahaman, misalnyamampu menjelaskan pengertian iman atau islam dengan susunan
kalimatnya sendiri berdasarkan yang telah dipelajarinya. Dalam taksonomi Bloom,
kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun,
tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab untuk dapat
memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Kategori kata kerja
operasional untuk menyusun indikator kemampuan pemahaman ini antara lain adalah
menjelaskan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, mendiskusikan,
mengemukakan, menjabarkan, dll.
Cara menyusun butir soal untuk mengukur aspek pemahaman dilakukan,
misalnya dengan mengungkapkan tema, topic atau masalah yang sama dengan yang
pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda. Aspek pemahaman isi
dapat diukur dengan tes bentuk objektif seperti tipe pilihan ganda dan tipe
benar salah dan dengan tes bentuk uraian.
3.
Tingkat
kemampuan aplikasi/penerapan
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau
situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk
teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang
ulang menerpkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan
atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila
tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsur lagi yang
perlu masuk yaitu sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi
khusus.
4.
Tingkat
kemampuan analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas (suatu kesatuan)
menjadi unsur-unsur sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan
kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe
sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang peserta didik mempunyai
pemahaman yang komperehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi
bagian-bagian yang tetap terpadu.
5.
Tingkat
kemampuan sistesis
Kemampuan sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur
atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh. Kemampuan berfikir sintesis ini
merupakan kebalikan dari kemampuan berpikir analisis. Berpikir berdasar
pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir
analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen.
Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan
orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak
dicapai dalam pendidikan.
6.
Tingkat
kemampuan evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode,
materi dll. Dilihat dari segi tersebut, maka dalam evaluasi perlu adanya suatu
kriteria atau standar tertentu.
3.
Penilaian bersifat Afeksi
Hasil be;lajar afektif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan
minat, sikap dan nilai-nilai. Hasil belajar afektif ini dikembangkan oleh
Krathwohl, dkk.. hasil belajar afektif terdiri dari beberapa tingkat/jenjang
yaitu receiving, responding, valuing, organization. Penjabaran
masing-masing jenjang hasil belajar afektif tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Receiving
Receiving
yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang
kepada peserta didik dakam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam
tipe ini termasuk: kesadaran, keinginan, untuk menerima stimulus, control
seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2.
Responding
Dalam
pembelajaran PAI, hasil belajar afektif tingkat responding ini misalnya
kesediaan peserta didik untuk bertanya tentang materi yang diajarkan,
mendiskusikannya dengan sesame teman, dan sebagainya.
3.
Valuing
Valuing
artinya memberikan penilaian pada suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Penilaian ini berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus.
4.
Organization
Organization
artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih
universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Level ini berkaitan dengan
menyatukan nilai-nilai yang berbeda-beda, menyelesaikan konflik diantara
nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara
internal.[3]
IV.
KESIMPULAN
1.
Unsur-unsur
penilaian :
a.
Input
meliputi : Kemampuan, kepribadian, Sikap-sikap, inteligensi
b.
Transformasi
meliputi: kurikulum/materi, metode/cara penilaian, sarana pendidikan/media,
guru dan personal lainnya
c.
Output
meliputi: penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka.
2.
Penilaian
yang bersifat kognisi
-
Tingkat
kemampuan ingatan atau pengetahuan (knowledge)
-
Tingkat
kemampuan pemahaman
-
Tingkat
kemampuan aplikasi/penerapan
-
Tingkat
kemampuan analisis
-
Tingkat
kemampuan sistesis
-
Tingkat
kemampuan evaluasi
3.
Penilaian
yang bersifat afeksi
-
Receiving
-
Responding
-
Valuing
-
Organization
V.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sumiati,Dra.Metode
Pembelajaran. CV. Wacana Prima. Bandung. 2008
2.
Suharsimi
Arikunto. Prof. Dr. : Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara.
2002
3.
Sukirman,Dr.MPd. Pengembangan Sistem
Evaluasi. Mandiri. Yogyakarta.2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar