Sabtu, 02 Januari 2016

SASARAN PENILAIAN



SASARAN PENILAIAN

 











Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Pengembangan Sistem Evaluasi PAI
Dosen Pengampu : DR.  H. Ihsan, M,Ag





oleh :
ROSIDAH                                          111 645
MAHFUDH FAUZI              111634
M. HARUN MUAFIQ                     111655


 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI  KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
TAHUN 2013
SASARAN PENILAIAN
I.                   PENDAHULUAN
Evaluasi atau penilaian merupakan salah satu komponen perangkat derajat keberhasilan pencapaian tujuan, dan keefektifan proses pembelajaran yang dilaksanakan.[1]
Sasaran penilaian yang dilakukan oleh guru seharusnya meliputi: kalayakan program pembelajaran (RP), keterlaksanaan proses pembelajaran (objektiv), dan ketercapaian hasil pembelajaran (goal). Penilaian terhadap program atau rencana pembelajaran, perlu dilakukan untuk memastikan bahwa RP yang disusun layak untuk diimplementasikan. Proses pembelajaran juga perlu diukur dan dinilai, terutama keterlaksanaan kegiatan belajar atau objektiv dan kendala-kendala yang menyertainya. Penilaian terhadap  hasil pembelajaran atau goal adalah untuk mendapatkan informasi tentang pencapaian kompetensi hasil belajar murid. Selama ini penilaian yang dilakukan oleh guru terfokus pada pencapaian goal belum pada RP maupun keterlaksanaan proses pembelajaran.
Untuk memastikan bahwa hasil pembelajaran yang berkesan dan mencapai goal atau sasaran yang ditetapkan, seorang guru harus menyusun program atau rencana pembelajaran dengan baik, mengimplementasikan program itu dengan seksama dan menjalankan proses penilaian. Penilaian amat penting dilakukan pada banyak hal di kelas dan di sekolah. Penilaian tidak hanya membantu proses pembelajaran dalam kelas tetapi juga memberikan manfaat untuk menentukan objektif dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran selanjutnya.
Penentuan sasaran atau goal dan penentuan objektiv (proses atau kegiatan-kegiatan apa yang diperkirakan dapat mewujudkan goal), harus dilakukan oleh guru sebelum ia memulai pembelajaran. Baik objektiv maupun goal, ditentukan dan ditetapkan oleh guru merujuk pada kurikulum dan silabus, serta disesuaikan dengan informasi-informasi lain yang terkait dengan siswa, sekolah dan teknologi masyarakat.
II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja unsur-unsur sasaran penilaian ?
2.      Apa saja sasaran penilaian yang sifatnya kognisi ?
3.      Apa saja sasaran penilaian yang sifatnya Afeksi ?
III.             PEMBAHASAN
1.      Unsur-unsur sasaran penilaian
Obyek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang  menjadi  titik pusat pengamatan, karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Dengan masih menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian untuk unsur-unsurnya meliputi : input, transformasi dan output.
A. Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh,dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal
1. Kemampuan
Untuk dapat meliputi program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki kemampun yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.    
2. Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat dalam diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperluknn. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau personality test.


3. Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap attitude scale.  
4. inteligensi
Untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Dari hasil tes akan diketahui 1Q {Intelligence Quotient} orang tersebut.  
B. Transformasi
Telah dijelaskan bahwa banyak unsur yang terdapat dalam transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau obyek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi obyek penilin antara lain :
1. Kurikulum/materi
2. Metode dan cara penilaian
3. Sarana pendidikan/media
4. Guru dan personal lainnya 
C. Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis.abstrak psikomotorik,apalagi afektif, sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektifini, jika kita mau interospeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.[2]

2.      Penilaian bersifat Kognisi
            Salah satu obyek atau sasaran evaluasi hasil belajar adalah aspek atau ranah kognitif. Ranah kognitif  adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Hasil belajar ranah kognitif ini dikembangkan oleh Benjamin S Bloomm dkk. Yang dituangkan dalam mereka yang berjudul “Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I: Cognitive Domain”. Menurut Benjamin S. Bloom dkk (1956), segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, menyistesis, dan kemampuan mengevaluasi. Domain kognitif meliputi dan menyatakan enam tingkat hirarki ketrampilam berfikir. Dimulai ketrampilan berfikir tingkat rendah (pengetahuan dan pemahaman) dan dilamjutkan dengan kemampuan berfikir tingkat tinggi (aplikasi, analisis, sistesis san evaluasi)
1.      Tingkat kemampuan ingatan atau pengetahuan (knowledge)
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan factual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, ayat Al-Qur’an atau hadits tertentu, nama-nama tokoh nama-nama kota,dll. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.
     Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil belajar ingatan termasuk kognitif tingkat yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini sering menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafalan menjadi prasarat bagi pemahaman (Nana Sudjana,2005). Misalnyauntuk dapat memahami hokum bacaan izhar halqi, siswa harus mampu menghafal huruf-huruf izhar halqi, untuk memahami arti suatu ayat al-Qur’an, ia harus hafal/mengetahui arti tiap-tiap kata/lafal-lafal sari ayat tersebut dan sebagainya.
     Kata kerja operasional yang biasanya dipakai dalam merumuskan indikator kemampuan ingatan adalah menyebutkan, mendefinisikan, menerangkan, member nama, menyusun daftar, mencocokkan, membuat garis besar, menyatakan kembali, dan menamakan. Menyusun butir soal untuk mengukur aspek pengetahuan/hafalan ini tidaklah terlalu sukar. Malahan para penyusun tes hasil belajar, secara tidak sengaja banyak tergelincir atau terperosok masuk kedalam kawasan ini. Dilihat dari segi bentuknya, soal tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah bentuk objektif seperti tipe melengkapi, tipe isian, tipe benar salah dan dapat juga dengan pilihan ganda (Nana Sujdana, 2005)
2.      Tingkat kemampuan pemahaman
Tipe hasil belajar ini lebih tinggi daripada pengetahuan. Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, peserat didik tidak hanya hafal secara verbalitis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fkta yang ditanyakan. Bukti seseorang itu memiliki kemampuan pemahaman, misalnyamampu menjelaskan pengertian iman atau islam dengan susunan kalimatnya sendiri berdasarkan yang telah dipelajarinya. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Kategori kata kerja operasional untuk menyusun indikator kemampuan pemahaman ini antara lain adalah menjelaskan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, mendiskusikan, mengemukakan, menjabarkan, dll.
Cara menyusun butir soal untuk mengukur aspek pemahaman dilakukan, misalnya dengan mengungkapkan tema, topic atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda. Aspek pemahaman isi dapat diukur dengan tes bentuk objektif seperti tipe pilihan ganda dan tipe benar salah dan dengan tes bentuk uraian.
3.      Tingkat kemampuan aplikasi/penerapan
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang ulang menerpkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsur lagi yang perlu masuk yaitu sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus.
4.      Tingkat kemampuan analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas (suatu kesatuan) menjadi unsur-unsur sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang peserta didik mempunyai pemahaman yang komperehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu.
5.      Tingkat kemampuan sistesis
Kemampuan sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh. Kemampuan berfikir sintesis ini merupakan kebalikan dari kemampuan berpikir analisis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen.
Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.
6.      Tingkat kemampuan evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dll. Dilihat dari segi tersebut, maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu.

3.      Penilaian bersifat Afeksi
Hasil be;lajar afektif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan minat, sikap dan nilai-nilai. Hasil belajar afektif ini dikembangkan oleh Krathwohl, dkk.. hasil belajar afektif terdiri dari beberapa tingkat/jenjang yaitu receiving, responding, valuing, organization. Penjabaran masing-masing jenjang hasil belajar afektif tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Receiving
Receiving yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada peserta didik dakam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk: kesadaran, keinginan, untuk menerima stimulus, control seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2.      Responding
Dalam pembelajaran PAI, hasil belajar afektif tingkat responding ini misalnya kesediaan peserta didik untuk bertanya tentang materi yang diajarkan, mendiskusikannya dengan sesame teman, dan sebagainya.
3.      Valuing
Valuing artinya memberikan penilaian pada suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Penilaian ini berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.

4.      Organization
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Level ini berkaitan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda-beda, menyelesaikan konflik diantara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal.[3]


IV.             KESIMPULAN
1.      Unsur-unsur penilaian :
a.       Input meliputi : Kemampuan, kepribadian, Sikap-sikap, inteligensi
b.      Transformasi meliputi: kurikulum/materi, metode/cara penilaian, sarana pendidikan/media, guru dan personal lainnya
c.       Output meliputi: penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka.
2.      Penilaian yang bersifat kognisi
-          Tingkat kemampuan ingatan atau pengetahuan (knowledge)
-          Tingkat kemampuan pemahaman
-          Tingkat kemampuan aplikasi/penerapan
-          Tingkat kemampuan analisis
-          Tingkat kemampuan sistesis
-          Tingkat kemampuan evaluasi
3.      Penilaian yang bersifat afeksi
-          Receiving
-          Responding
-          Valuing
-          Organization

V.                DAFTAR PUSTAKA

1.      Sumiati,Dra.Metode Pembelajaran. CV. Wacana Prima. Bandung. 2008

2.      Suharsimi Arikunto. Prof. Dr. : Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara. 2002 


3.       Sukirman,Dr.MPd. Pengembangan Sistem Evaluasi. Mandiri. Yogyakarta.2012



[1] Sumiati,Dra.Metode Pembelajaran. CV. Wacana Prima. Bandung. 2008
[2] Suharsimi Arikunto. Prof. Dr. : Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara. 2002
[3] Sukirman,Dr.MPd. Pengembangan Sistem Evaluasi. Mandiri. Yogyakarta.2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar