Sabtu, 02 Januari 2016

ISLAM BERBICARA TENTANG DASAR PENDIDIKAN



ISLAM BERBICARA TENTANG DASAR PENDIDIKAN

DisusunGunaMemenuhiTugasKelompok
Mata Kuliah :Ilmu Pendidikan Islam
DosenPengampu :Moh. In’ami, M.Ag








Disusun Oleh :
YOSI SUSANTO                                111 650
ERNA NUR DANINGSIH                 111 651
AGUS FIBRIYANTO                                    111 652
 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
TARBIYAH / PAI
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap kegiatan atau aktivitas yang disengaja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan tempat berpijak yang kokoh dan kuat. Dasar adalah pangkal atau titik tolak suatu aktivitas. Di dalam menetapkan dasar suatu aktivitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar yang dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan hidupnya.
Dasar adalah merupakan landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. dasar suatu bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh berdiri. demikian juga dasar pendidikan islam yaitu fondamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan islam dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang. dengan adanya dasar ini maka pendidikan islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun mempengaruhinya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dasar pendidikan islam?
2.      Apa dasar pendidikan islam?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Dasar Pendidikan Islam
Yang dimaksud dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh aktifitas pendidikan. Karena dasar pendidikan islam menyangkut masalah ideal dan fundamental maka diperlukan landasan pandangan hidup yang kokoh dan komprehensif serta tidaak mudah berubah karena diyakini memiliki kebenaran yang telah teruji oleh sejarah. Kalau nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang dijadikan landasan pendidikan itu bersifat relatif dan temporal maka pendidikan akan mudah terombang-ambing oleh kepentingan dan tuntutan sesaat yang bersifat teknis dan pragmatis. Setidak-tidaknya demikianlah pandangan filsafat pendidikan. [1]
Pertimbangan filosofis mengenai dasar pendidikan mutlak dibutuhkan, mengingat hakekat pendidikan adalah aktivitas normatif. Dalam hal ini bukan berarti yang teknis dan pragmatis diabaikan tetapi pekerjaan teknis dan pertimbangan pragmatis tidak boleh lepas dari arah dan tujuan yang bersifat fundamental itu karena kalau sampai lepas atau menyimpang, pendidikan akan kehilangan jati dirinya sebagai sebuah aktifitas normatif.
Begitu pentingnya pertimbangan filosofis, Winarno Surachmat dengan nada keras mengingatkan filsafat pendidikan adalah fundamental untuk melahirkan praksis, tanpa fundamen itu tidak ada pendidikan. Perbuatan pendidik yang tidak berdasar, yang tidak bertujuan, yang tidak disertai dengan keyakinan mengenai kebaikan dan kebenaran, yang diperbuatnya itu bukanlah perbuatan pendidik.[2]
B.     Dasar Pendidikan Islam
Untuk menentukan dasar pendidikan islam diperlukan jasa filsafat pendidikan. Untuk menentukan dasar pendidikan islam, selain pertimbangan filosofis, juga tidak lepas dari pertimbagan teologis seorang muslim. Islam sebagai pandangan hidup yang berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah baik yang termuat dalam Al-Qur’an maupun sunah Rasul diyakini memiliki kebenaran mutlak yang bersifat transendental, universal, dan abadi.
Karena pendidikan islam adalah upaya normatif yang berfungsi untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia, maka harus didasarkan pada nilai-nilai tersebut diatas baik dalam menyusun teori maupun praktik pendidikan. Berdasarkan nilai-nilai yang demikian itu konsep pendidikan islam dapat dibedakan dengan konsep pendidikan lain yang bukan islam.[3]
1.      Dasar Pokok
Adapun dasarpokokdaripendidikanislamadalahsebagaiberikut:
a.       Al-Qur’an
Abdul Wahab Khallaf seperti yang dikutif Ramayulis mendefinisikan Al-Quran adalah “kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah anak abdullah dengan lafaz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanyaUmat islam sebagai suatu umat yang dianugerahkan Tuhan suatu kitab suci Al-Quran, yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada falsafah hidup yang berdasarkan kepada Al-Quran.[4]Pada masa awal pertumbuhan islam, Nabi Muhammada Saw adalah sebagai pendidik pertama, telah menjadikan Al-Quran sebagai dasar pendidikan islam di samping Sunnah beliau sendiri.Kedudukan, Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan islam dapat dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri. Firman Allah dalam surat al-nahl.
Bur$uZø9tRr&y7øn=tã|=»tGÅ3ø9$#žwÎ)tûÎiüt7çFÏ9ÞOçlm;Ï%©!$#(#qàÿn=tG÷z$#ÏmŠÏù YèdurZpuH÷quur5Qöqs)Ïj9šcqãZÏB÷sãƒÇÏÍÈ
Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (Q.S. Al-Nahl : 64)
b.      Sunnah
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan islam karena sunnahhakikatnya tak lain adalah penjelasan dan praktek dari ajaran Al-Qurân itu sendiri, disamping memang sunnah merupakan sumber utama pendidikan islam karena karena Allah Swt menjadikan Muhammad Saw sebagai teladan bagi umatnya.[5]Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya dalam surat Al-Ahzab sebagai berikut:
ôs)©9tb%x.öNä3s9ÎûÉAqßu«!$#îouqóé&×puZ|¡ym`yJÏj9tb%x.(#qã_ötƒ©!$#tPöquø9$#urtÅzFy$#tx.sŒur©!$##ZŽÏVx.ÇËÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S.Al-Ahzab : 21)
Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada  orang lain.
c.       Tauhid                                                              
Dari sekian banyak nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan hadis dapat diklasifikasikan dalam nilai dasar atau intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai yang ada dengan sendirinya bukan sebagai prasarat atau alat bagi nilai yang lain. Mengingat begitu banyaknya nilai-nilai yang diajarkan oleh islam, maka perlu dipilih dan dibakukan nilai mana yang tergolong nilai intrinsik, fundamental, dan memiliki posisi yang paling tinggi. Nilai tersebut dalah tauhid atau lengkapnya iman tauhid.Jabatan merupakan nilai instrumental untuk menuju kebahagiaan. Etos kerja, taat beribadah, sabar, syukur adalah nilai instrumental untuk menuju tauhid.[6]
Tauhid merupakan fondasi seluruh bangunan ajaran islam. Pandangan hidup tauhid bukan sekedar pengakuan akan keesaan Allah tetapi juga meyakini kesatuan penciptaan, kesatuan kemanusiaan, kesatuan tuntutan hidup. Kalimat tauhid tersebut merupakan penegasan dan pembebasan bagi manusia dari segal pengkultusan dan penyembahan, penindasan dan perbudakan sesama manusia dan menyadarkan manusia bahwa dia mempunyai derajat yang sama dengan manusia lain.
Bertolak dari pengertian tersebut diatas sesungguhnya tauhid sudah cukup sebagai landasan bagi seluruh kegiatan hidup dan kehidupan umat manusia termasuk pendidikan karena, dalam pandangan hidup islam ia merupakan nilai yang paling esensial dan sentral. Dengan dasar tauhid seluruh kegiatan pendidikan islam dijiwai oleh norma-norma illahiyah dan sekaligus dimotivasi oleh ibadah.[7]
Dengan dasar tauhid tampak kental sekali pendidikan islam berlandaskan pada pandangan teosentrisme (berpusat pada tuhan). Namun perlu disadari bahwa pemusatan pada tuhan pada hakikatnya bukan untuk kepentingan tuhan, tetapi justru untuk kepntingan manusia. Oleh karena itu pendidikan islam juga berlandaskan humanisme (berpusat pada manusia) karena ajaran yang teosentris itu pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan manusia dan memang sesuai dengan fitrah manusia (QS. Ar-Rum ayat 30).
2.      DasarTambahan
Karena pendidikan islam juga berlandaskan humanisme, maka nilai-nilai fundamental yang secara universal dan obyektif merupakan kebutuhan manusia perlu dikemukakan  sebagai dasar pendidikan islam, walaupun posisinya dalam konteks tauhid sebagai nilai instrumental.[8] Nilai-nilai tersebut adalah kemanusiaan, kesatuan umat manusia, keseimbangan, dan rahmatan bagi seluruh alam (rahmatan li-al-alamin).
a.       Kemanusiaan
Yang dimaksud dengan kemanusiaan ialah pengakuan akan hakekat dan martabat manusia. Hak asasi seseorang harus dihargai dan dilindungi. Yang membedakan seseorang dengan yang lainnya hanyalah ketakwaannya. (QS. Al-Hujarat ayat 13)
Implikasinya dalam pendidikan adalah setiap orang memiliki hak dan pelayanan yang sama dalam pendidikan. Selain itu dalam operasional pendidikan harus mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai makhluk jasmani rohani. Jangan sampai memperlakukan manusia seperti makhluk lain, atau memperlakukan manusia seperti mesin yang tanpa nyawa.[9]
b.      Kesatuan Umat Manusia
Banyak sekali ayat Al-qu’an yang menegaskan tentang persatuan dan kesatuan umat islam. Perbedaan suku dan warna kulit bukan halangna untuk mewujudkan prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan ini karena dasarnya mereka semua memiliki tujuan hidup yang sama yakni mengabdi kepada Allah. (QS. Al-Imran: 105, Al-Anbiya: 92, Al-Hujarat: 112)
Prinsip inilah yang memberikan dasar-dasar pemikiran global tentang nasib umat manusia seluruh dunia. Artinya hal-hal yang menyangkut kesejahteraan, keselamatan,dan keamanan manusia termasuk masalah-masalah yang terkait dengan pendidikan, tidak cukup dipikirkan dan dipecahkan oleh sekelompok masyarakat atau bangsa tertentu tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh umat manusia. Ketimpangan yang tajam antara suatu bangsa dengan bangsa yang lainya (negara maju dan negara berkembang) apabila tidak dijembatani pada akhirnya akan menjadi bumerang bagi seluruh umat manusia. Bila suatu bangsa hanya memikirkan dirinya sendiri dan hanya berpegang pada aturannnya sendiri tanpa mengindahkan aturan-aturan umum yang disepakati untuk kepentingan bersama, maka cepat atau lambat akan datang kehancuran umat manusia.
Setiap pemisahan diri dari keserasian dan kesatuan dalah kejahatan. Dalam prespektif inilah islam tampil sebagai agama keyakinan dan keseimbangan. Satu-satunya realitas yang benar yakni kesatuan ketuhanan, dengan sendirinya menjelmakan kesatuan keseimbangan manusia, masyarakat, dan kemanusiaan seluruhnya.[10]


c.       Keseimbangan
Prinsip keseimbangan dalam islam tidak dapat dipisahkan dari prinsip ketauhidan. Secara khusus prinsip keseimbangan itu terlihat pada penciptaan alam. Selanjutnya islam mendudukkan berbagai perkara menjadi baik dan positif pada titik keseimbangan ini . prinsip keseimbangan yang harus diperjuangkan melalui pendidikan antara lain:
-          Keseimbangan antara kepentingan hidup dunia dan akhirat
-          Keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani
-          Keseimbangan kepentingan individu dan sosial
-          Keseimbanagn antara ilmu dan akal
Prinsip keseimbangan ini merupakan landasan bagi terwujudnya keadilan. Yakni adil terhadap dirinya sendiri dan adil terhadap orang lain. Keadilan dalam pendidikan termanifestasikan dalam sikap obyektif seorang pendidik terhadap peserta didiknya. Bagi pemerintah sikap adil dalam pendidikan termanivestasikan dalam kebijakan pemerataan pendidikan bagi seluruh rakyatnya.[11]
d.      Rahmatan Li al-‘alamin
Seluruh karya umat muslim termasuk pendidikan berorientasi pada terwujudnya rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya ayat 107). Pendidikan untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilaksanakan dalam rangka mewujudkan rahmatan lil alamin. Aktifitas pendidikan sebagai transformasi nilai, ilmu pengetahuan dan tekhnologi juga dilakukan dalam rangka rahmatan lil alamin. Semua usaha pendidikan untuk membawa kemajuan hidup tidak lain hanya merupakan nilai instrumental untuk menuju rahmatan lil alamin.
Kemajuan hidup yang telah dicapai oleh masyarakat modern ternyata tidak menyelesaikan problem kemanusiaan bahkan sering menimbulkan malapetaka dan nestapa. Tak ada yang bisa menyelamatkan kecuali konsep rahmatan lil alamin.
Dengan keempat landasan pendidikan islam diatas tersebut yang merupakan penjabaran atau konsekuensi tauhid, maka implikasinya adalah dalam menyusun konsep pendidikan islam yang komprehensif lebih tepat menggunakan pendekatan sistem yaitu pendekatan yang melibatkan semua bidang kehidupan sebagai instrumental dan environmental input.























BAB III
PENUTUP
A.    Kritik
Dalam dunia pendidikan islam masih sangat banyak sekali problematika pendidikan islam yang perlu diselesaikan. Penyelesaian problematika tersebut tidak sekedar diselesaikan dengan perumusan teori saja atau hanya mempelajari teori para ahli pendidikan. Namun, alangkah baiknya bila permasalahan tersebut diselesaikan melalui analisis dasar pendidikan islamsecaramendalam. Bila dasar pendidikan islam dilaksanakan sebagaimana mestinya maka pendidikan islam akan terkonsep dengan baik dan tujuan dari pendidikan islam akan tercapai secara maksimal sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendidik dan wali murid.

B.     Kesimpulan
1.      Adapun yang dimaksud dasar pendidikan islam adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh aktifitas pendidikan. Pertimbangan filosofis mengenai dasar pendidikan mutlak dibutuhkan, mengingat hakekat pendidikan adalah aktivitas normatif.
2.      Dasar pendidikan islam terdiri dari dasar pokok dan dasar tambahan. Dasar pokok yakni Al-qur’an, hadis, dantauhid. Sedangkan dasar tambahn merupakan penjabaran atau konsekuensi dari tauhid. Nilai-nilai tersebut adalah kemanusiaan, kesatuan umat manusia, keseimbangan, dan rahmatan bagi seluruh alam (rahmatan li-al-alamin).





DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya
Zuhairini. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Achmadi. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya
Majid, Abdul. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Ramayulis, 2010, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia
Uhbiyati, Nur, 2005, Ilmu Pendidikan Islam. bandung : Pustak Setia
                     
























[1]DR. Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2008. Hlm. 68
[2]Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Hlm. 153
                                                   
[3]Prof. DR. H. Achmadi. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2003. Hlm. 83
[4]Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia. 2010. Hlm 154
[5]Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia. 2010. Hlm156
[6]DR. Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2008. Hlm. 67
[7]Prof. DR. H. Achmadi. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2003. Hlm. 85
[8]DR. NurUhbuyati. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung : pustak setia. 2005. Jlm. 56
                                                                                                                                           
[9]Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Hlm. 154
[10]Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Hlm. 154
                                              
[11]Abdul Majid, S.Ag. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2004. Hlm. 136

Tidak ada komentar:

Posting Komentar