ISLAM
BERBICARA TENTANG DASAR PENDIDIKAN
DisusunGunaMemenuhiTugasKelompok
Mata Kuliah :Ilmu Pendidikan Islam
DosenPengampu :Moh. In’ami, M.Ag
Disusun Oleh :
YOSI SUSANTO 111 650
ERNA NUR DANINGSIH 111 651
AGUS FIBRIYANTO 111 652
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI (STAIN) KUDUS
TARBIYAH / PAI
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
kegiatan atau aktivitas yang disengaja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan
harus mempunyai dasar atau landasan tempat berpijak yang kokoh dan kuat. Dasar
adalah pangkal atau titik tolak suatu aktivitas. Di dalam menetapkan dasar
suatu aktivitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan
hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan
dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar yang
dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan hidupnya.
Dasar
adalah merupakan landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu
tersebut tegak kokoh berdiri. dasar suatu bangunan yaitu fondamen yang menjadi
landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh berdiri. demikian
juga dasar pendidikan islam yaitu fondamen yang menjadi landasan atau asas agar
pendidikan islam dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang
berupa ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang. dengan
adanya dasar ini maka pendidikan islam akan tegak berdiri dan tidak mudah
diombang-ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun
mempengaruhinya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dasar pendidikan islam?
2. Apa dasar pendidikan islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dasar Pendidikan Islam
Yang
dimaksud dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh
aktifitas pendidikan. Karena dasar pendidikan islam menyangkut masalah ideal
dan fundamental maka diperlukan landasan pandangan hidup yang kokoh dan
komprehensif serta tidaak mudah berubah karena diyakini memiliki kebenaran yang
telah teruji oleh sejarah. Kalau nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang dijadikan
landasan pendidikan itu bersifat relatif dan temporal maka pendidikan akan
mudah terombang-ambing oleh kepentingan dan tuntutan sesaat yang bersifat
teknis dan pragmatis. Setidak-tidaknya demikianlah pandangan filsafat
pendidikan. [1]
Pertimbangan
filosofis mengenai dasar pendidikan mutlak dibutuhkan, mengingat hakekat
pendidikan adalah aktivitas normatif. Dalam hal ini bukan berarti yang teknis
dan pragmatis diabaikan tetapi pekerjaan teknis dan pertimbangan pragmatis
tidak boleh lepas dari arah dan tujuan yang bersifat fundamental itu karena
kalau sampai lepas atau menyimpang, pendidikan akan kehilangan jati dirinya
sebagai sebuah aktifitas normatif.
Begitu
pentingnya pertimbangan filosofis, Winarno Surachmat dengan nada keras
mengingatkan filsafat pendidikan adalah fundamental untuk melahirkan praksis,
tanpa fundamen itu tidak ada pendidikan. Perbuatan pendidik yang tidak
berdasar, yang tidak bertujuan, yang tidak disertai dengan keyakinan mengenai
kebaikan dan kebenaran, yang diperbuatnya itu bukanlah perbuatan pendidik.[2]
B.
Dasar Pendidikan Islam
Untuk
menentukan dasar pendidikan islam diperlukan jasa filsafat pendidikan. Untuk
menentukan dasar pendidikan islam, selain pertimbangan filosofis, juga tidak
lepas dari pertimbagan teologis seorang muslim. Islam sebagai pandangan hidup
yang berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah baik yang termuat dalam Al-Qur’an maupun
sunah Rasul diyakini memiliki kebenaran mutlak yang bersifat transendental,
universal, dan abadi.
Karena
pendidikan islam adalah upaya normatif yang berfungsi untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia, maka harus didasarkan pada nilai-nilai tersebut
diatas baik dalam menyusun teori maupun praktik pendidikan. Berdasarkan
nilai-nilai yang demikian itu konsep pendidikan islam dapat dibedakan dengan
konsep pendidikan lain yang bukan islam.[3]
1.
Dasar Pokok
Adapun
dasarpokokdaripendidikanislamadalahsebagaiberikut:
a.
Al-Qur’an
Abdul Wahab
Khallaf seperti yang dikutif Ramayulis mendefinisikan Al-Quran adalah “kalam
Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah anak
abdullah dengan lafaz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi
Rasullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya
serta beribadah membacanyaUmat islam sebagai suatu umat yang dianugerahkan
Tuhan suatu kitab suci Al-Quran, yang lengkap dengan segala petunjuk yang
meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu
dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada falsafah hidup yang berdasarkan
kepada Al-Quran.[4]Pada
masa awal pertumbuhan islam, Nabi Muhammada Saw adalah sebagai pendidik
pertama, telah menjadikan Al-Quran sebagai dasar pendidikan islam di samping
Sunnah beliau sendiri.Kedudukan, Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan islam
dapat dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri. Firman Allah dalam surat
al-nahl.
Bur$uZø9tRr&y7øn=tã|=»tGÅ3ø9$#wÎ)tûÎiüt7çFÏ9ÞOçlm;Ï%©!$#(#qàÿn=tG÷z$#ÏmÏù YèdurZpuH÷quur5Qöqs)Ïj9cqãZÏB÷sãÇÏÍÈ
Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab
(Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman”. (Q.S. Al-Nahl : 64)
b. Sunnah
Sunnah dapat
dijadikan dasar pendidikan islam karena sunnahhakikatnya tak lain adalah penjelasan
dan praktek dari ajaran Al-Qurân itu sendiri, disamping memang sunnah merupakan
sumber utama pendidikan islam karena karena Allah Swt menjadikan Muhammad Saw
sebagai teladan bagi umatnya.[5]Seperti yang
dijelaskan dalam firman-Nya dalam surat Al-Ahzab sebagai berikut:
ôs)©9tb%x.öNä3s9ÎûÉAqßu«!$#îouqóé&×puZ|¡ym`yJÏj9tb%x.(#qã_öt©!$#tPöquø9$#urtÅzFy$#tx.sur©!$##ZÏVx.ÇËÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
(Q.S.Al-Ahzab : 21)
Nabi
mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada istri dan sahabatnya,
dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti yang dipraktekkan Nabi dan
mengajarkan pula kepada orang lain.
c.
Tauhid
Dari
sekian banyak nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan hadis dapat
diklasifikasikan dalam nilai dasar atau intrinsik dan nilai instrumental. Nilai
intrinsik adalah nilai yang ada dengan sendirinya bukan sebagai prasarat atau
alat bagi nilai yang lain. Mengingat begitu banyaknya nilai-nilai yang
diajarkan oleh islam, maka perlu dipilih dan dibakukan nilai mana yang
tergolong nilai intrinsik, fundamental, dan memiliki posisi yang paling tinggi.
Nilai tersebut dalah tauhid atau lengkapnya iman tauhid.Jabatan merupakan nilai
instrumental untuk menuju kebahagiaan. Etos kerja, taat beribadah, sabar,
syukur adalah nilai instrumental untuk menuju tauhid.[6]
Tauhid
merupakan fondasi seluruh bangunan ajaran islam. Pandangan hidup tauhid bukan
sekedar pengakuan akan keesaan Allah tetapi juga meyakini kesatuan penciptaan,
kesatuan kemanusiaan, kesatuan tuntutan hidup. Kalimat tauhid tersebut
merupakan penegasan dan pembebasan bagi manusia dari segal pengkultusan dan
penyembahan, penindasan dan perbudakan sesama manusia dan menyadarkan manusia
bahwa dia mempunyai derajat yang sama dengan manusia lain.
Bertolak
dari pengertian tersebut diatas sesungguhnya tauhid sudah cukup sebagai
landasan bagi seluruh kegiatan hidup dan kehidupan umat manusia termasuk
pendidikan karena, dalam pandangan hidup islam ia merupakan nilai yang paling
esensial dan sentral. Dengan dasar tauhid seluruh kegiatan pendidikan islam
dijiwai oleh norma-norma illahiyah dan sekaligus dimotivasi oleh ibadah.[7]
Dengan
dasar tauhid tampak kental sekali pendidikan islam berlandaskan pada pandangan
teosentrisme (berpusat pada tuhan). Namun perlu disadari bahwa pemusatan pada
tuhan pada hakikatnya bukan untuk kepentingan tuhan, tetapi justru untuk kepntingan
manusia. Oleh karena itu pendidikan islam juga berlandaskan humanisme (berpusat
pada manusia) karena ajaran yang teosentris itu pada dasarnya untuk
memenuhi kebutuhan manusia dan memang sesuai dengan fitrah manusia (QS. Ar-Rum
ayat 30).
2. DasarTambahan
Karena
pendidikan islam juga berlandaskan humanisme, maka nilai-nilai fundamental yang
secara universal dan obyektif merupakan kebutuhan manusia perlu
dikemukakan sebagai dasar pendidikan
islam, walaupun posisinya dalam konteks tauhid sebagai
nilai instrumental.[8]
Nilai-nilai tersebut adalah kemanusiaan, kesatuan umat manusia, keseimbangan,
dan rahmatan bagi seluruh alam (rahmatan li-al-alamin).
a. Kemanusiaan
Yang
dimaksud dengan kemanusiaan ialah pengakuan akan hakekat dan martabat manusia.
Hak asasi seseorang harus dihargai dan dilindungi. Yang membedakan seseorang
dengan yang lainnya hanyalah ketakwaannya. (QS. Al-Hujarat ayat 13)
Implikasinya
dalam pendidikan adalah setiap orang memiliki hak dan pelayanan yang sama dalam
pendidikan. Selain itu dalam operasional pendidikan harus mempertimbangkan
nilai-nilai kemanusiaan sebagai makhluk jasmani rohani. Jangan sampai
memperlakukan manusia seperti makhluk lain, atau memperlakukan manusia seperti
mesin yang tanpa nyawa.[9]
b. Kesatuan Umat Manusia
Banyak
sekali ayat Al-qu’an yang menegaskan tentang persatuan dan kesatuan umat islam.
Perbedaan suku dan warna kulit bukan halangna untuk mewujudkan prinsip-prinsip
persatuan dan kesatuan ini karena dasarnya mereka semua memiliki tujuan hidup
yang sama yakni mengabdi kepada Allah. (QS. Al-Imran: 105, Al-Anbiya: 92,
Al-Hujarat: 112)
Prinsip
inilah yang memberikan dasar-dasar pemikiran global tentang nasib umat manusia
seluruh dunia. Artinya hal-hal yang menyangkut kesejahteraan, keselamatan,dan
keamanan manusia termasuk masalah-masalah yang terkait dengan pendidikan, tidak
cukup dipikirkan dan dipecahkan oleh sekelompok masyarakat atau bangsa tertentu
tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh umat manusia. Ketimpangan yang
tajam antara suatu bangsa dengan bangsa yang lainya (negara maju dan negara
berkembang) apabila tidak dijembatani pada akhirnya akan menjadi bumerang bagi
seluruh umat manusia. Bila suatu bangsa hanya memikirkan dirinya sendiri dan
hanya berpegang pada aturannnya sendiri tanpa mengindahkan aturan-aturan umum
yang disepakati untuk kepentingan bersama, maka cepat atau lambat akan datang
kehancuran umat manusia.
Setiap
pemisahan diri dari keserasian dan kesatuan dalah kejahatan. Dalam prespektif
inilah islam tampil sebagai agama keyakinan dan keseimbangan. Satu-satunya
realitas yang benar yakni kesatuan ketuhanan, dengan sendirinya menjelmakan
kesatuan keseimbangan manusia, masyarakat, dan kemanusiaan seluruhnya.[10]
c. Keseimbangan
Prinsip
keseimbangan dalam islam tidak dapat dipisahkan dari prinsip ketauhidan. Secara
khusus prinsip keseimbangan itu terlihat pada penciptaan alam. Selanjutnya islam
mendudukkan berbagai perkara menjadi baik dan positif pada titik keseimbangan
ini . prinsip keseimbangan yang harus diperjuangkan melalui pendidikan antara
lain:
-
Keseimbangan
antara kepentingan hidup dunia dan akhirat
-
Keseimbangan
antara kebutuhan jasmani dan rohani
-
Keseimbangan
kepentingan individu dan sosial
-
Keseimbanagn
antara ilmu dan akal
Prinsip keseimbangan ini merupakan
landasan bagi terwujudnya keadilan. Yakni adil terhadap dirinya sendiri dan
adil terhadap orang lain. Keadilan dalam pendidikan termanifestasikan dalam
sikap obyektif seorang pendidik terhadap peserta didiknya. Bagi pemerintah
sikap adil dalam pendidikan termanivestasikan dalam kebijakan pemerataan
pendidikan bagi seluruh rakyatnya.[11]
d. Rahmatan Li al-‘alamin
Seluruh
karya umat muslim termasuk pendidikan berorientasi pada terwujudnya rahmat bagi
seluruh alam. (QS. Al-Anbiya ayat 107). Pendidikan untuk mencerdaskan bangsa
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan rahmatan lil alamin. Aktifitas pendidikan sebagai transformasi
nilai, ilmu pengetahuan dan tekhnologi juga dilakukan dalam rangka rahmatan lil
alamin. Semua usaha pendidikan untuk membawa kemajuan hidup tidak lain hanya
merupakan nilai instrumental untuk menuju rahmatan lil alamin.
Kemajuan
hidup yang telah dicapai oleh masyarakat modern ternyata tidak menyelesaikan
problem kemanusiaan bahkan sering menimbulkan malapetaka dan nestapa. Tak ada
yang bisa menyelamatkan kecuali konsep rahmatan lil alamin.
Dengan
keempat landasan pendidikan islam diatas tersebut yang merupakan penjabaran
atau konsekuensi tauhid, maka implikasinya adalah dalam menyusun konsep
pendidikan islam yang komprehensif lebih tepat menggunakan pendekatan sistem
yaitu pendekatan yang melibatkan semua bidang kehidupan sebagai instrumental
dan environmental input.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kritik
Dalam
dunia pendidikan islam masih sangat banyak sekali problematika pendidikan islam
yang perlu diselesaikan. Penyelesaian problematika tersebut tidak sekedar
diselesaikan dengan perumusan teori saja atau hanya mempelajari teori para ahli
pendidikan. Namun, alangkah baiknya bila permasalahan tersebut diselesaikan
melalui analisis dasar pendidikan islamsecaramendalam.
Bila dasar pendidikan islam dilaksanakan sebagaimana mestinya maka pendidikan
islam akan terkonsep dengan baik dan tujuan dari pendidikan islam akan tercapai
secara maksimal sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendidik dan wali
murid.
B.
Kesimpulan
1. Adapun yang dimaksud dasar pendidikan
islam adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh aktifitas pendidikan.
Pertimbangan filosofis mengenai dasar pendidikan mutlak dibutuhkan, mengingat
hakekat pendidikan adalah aktivitas normatif.
2. Dasar pendidikan islam terdiri dari
dasar pokok dan dasar tambahan. Dasar pokok yakni Al-qur’an, hadis, dantauhid.
Sedangkan dasar tambahn
merupakan penjabaran atau konsekuensi dari tauhid. Nilai-nilai tersebut adalah
kemanusiaan, kesatuan umat manusia, keseimbangan, dan rahmatan bagi seluruh
alam (rahmatan li-al-alamin).
DAFTAR
PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Zuhairini. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Achmadi. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya
Majid, Abdul. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Ramayulis, 2010, Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia
Uhbiyati, Nur, 2005, Ilmu
Pendidikan Islam. bandung : Pustak Setia
[1]DR. Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam.
Bandung: Remaja Rosda Karya. 2008. Hlm. 68
[2]Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara. 2009. Hlm. 153
[3]Prof. DR. H. Achmadi. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda
Karya. 2003. Hlm. 83
[6]DR. Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam.
Bandung: Remaja Rosda Karya. 2008. Hlm. 67
[7]Prof. DR. H. Achmadi. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya. 2003. Hlm. 85
[9]Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara. 2009. Hlm. 154
[10]Dra. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara. 2009. Hlm. 154
[11]Abdul Majid, S.Ag. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung: Remaja Rosda Karya. 2004. Hlm. 136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar