BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Evaluasi
adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi, hal
ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar
yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Melalui eavaluasi dapat
diketahui kemajuan-kemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan
keputusan penting mengenai apa yang telah diperoleh dan diketahui anak serta
dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya.1
1.2
Rumusan Masalah
a. Apa saja Ragam Evaluasi Belajar
b. Apa saja Teknik Evluasi Belajar
c.Alat Evaluasi Belajar apa saja sebutkan
a. Apa saja Ragam Evaluasi Belajar
b. Apa saja Teknik Evluasi Belajar
c.Alat Evaluasi Belajar apa saja sebutkan
1.3 Tujuan
a. Memahami Ragam, Teknik dan Alat Evaluasi secara terperinci dan jelas
a. Memahami Ragam, Teknik dan Alat Evaluasi secara terperinci dan jelas
BAB
II
PEMBAHASAN
RAGAM, TEKNIK DAN ALAT EVALUASI BELAJAR
A.RAGAM EVALUASI BELAJAR
Muhibbinsyah (2003 : 201) menggolongkan teknik evaluasi
ke dalam pembagian ragam alat evaluasi. Menurutnya secara garis besar ragam
alat evaluasi terdiri atas dua macam bentuk, yaitu :
1). Bentuk objektif; 2). Bentuk subjektif. Bentuk
objektif biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk alternatif jawaban, pengisian
titik-titik dan pencocokan satu pernyataan dengan pernyataan lainnya.
a. Bentuk Objektif .
Bentuk ini lazim disebut tes objektif, yakni tes yang
jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang
ditentukan sebelumnya. Ada lima macam yang termasuk dalam evaluasi ragam
objektif ini.
1.Tes Benar- Salah
Tes ini merupakan alat evaluasi yang paling bersahaja
baik dalam hal susunan item-itemnya maupun dalam hal cara menjawabnya.
Soal-soal dalam tes ini berbentuk pernyataan yang pilihan jawabannya hanya dua
macam, yakni “B” jika pernyataan tersebut benar dan “S” jika salah. Apabila
soal-soalnya disusun dalam bentuk pertanyaan, biasanya alternatif jawaban yang
harus dipilih adalah “ ya” atau “ tidak”.
Dalam dunia pendidikan modern, tes semacam itu sudah lama
ditinggalkan karena dua alasan :
1.Tes “ B-S” tidak menghargai kreativitas akal siswa
karena mereka hanya didorong untuk memilih sekenanya salah satu dari dua
alternatif yang ada.
2.Tes “B-S” dalam beberapa segi tertentu dianggap sangat
rendah tingkat reliabilitasnya. Meskipun demikian, tes “ B-S “ ini juga
memiliki manfaat yang tidak dapat diremehkan antara lain:
1.Tes “ B-S “ ini mendorong siswa /peserta didik untuk
berpikir kritis dan berhati-hati dalam menjawab, karena biasanya poin nilai
yang diberikan biasanya adalah satu yang berarti apabila salah memilih maka
point nilainya akan hilang.
2.Tes “B-S “ ini memudahkan bagi pendidik /guru untuk
memeriksa jawaban dengan cepat karena jawaban yang dirancang juga pasti.
3.Dalam merancang tes ini sebenarnya tidak mudah, seorang
pendidik/guru harus benar benar memikirkan soal-soal yang sesuai dengan
validitas dan reliabilitasnya.
3.Tes Pilihan Berganda
Item-item (butir-butir soal) dalam tes pilihan berganda (multiple
choice) biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab
dengan memilih salah satu dari empat atau lima alternatif jawaban yang
mengiringi setiap soal. Cara yang sangat lazim dilakukan adalah dengan
memberikan tanda silang(X) pada salah satu huruf, a, b,c,d atau e yang menandai
alternatif jawaban yang benar.
Contoh :
Rukun Iman terdiri dari …….Perkara :
a. dua
b.
tiga. c. empat
d.
lima e. enam
Pada zaman modern sekarang ini, dunia pendidikan
khususnya di Barat sudah mulai meninggalkan tes pilihan berganda kecuali
untuk keperluan-keperluan di luar pengukuran prestasi belajar.
Alasan-alasan mereka meninggalkan jenis tes ini ialah :
1.Kurang mendorong kreativitas ranah cipta dan karsa
siswa, karena mereka diminta berspekulasi yakni menebak dan menyilang secara
untung-untungan.
2.Sering terdapat dua jawaban (di antara empat atau lima
alternatif) yang identik atau sangat mirip, sehingga terkesan kurang
diskriminatif.
3. Sering terdapat satu jawaban yang sangat mencolok
kebenarannya, sehingga jawaban-jawaban lainnya terlalu gampang untuk
ditinggalkan. Namun demikian, sampai batas tertentu tes pilihan berganda masih
dipakai untuk mengevaluasi prestasi belajar siswa dengan catatan ,
penyusunannya dilakukan secara ekstra cermat. Dalam hal ini, guru seharusnya
berusaha sebaik-baiknya untuk menghindari kelemahan kelemahan di atas.
4.Tes Pencocokan (Menjodohkan)
Tes pencocokan (matching test) disusun dalam dua
daftar yang masing-masing memuat kata, istilah atau kalimat yang diletakkan
bersebelahan. Tugas siswa dalam menjawab item item soal ialah mencari pasangan
yang selaras antara kalimat atau istilah yang ada pada daftar A (berisi
item-item yang ditandai dengan nomor urut
1 sampai 10 dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan)
dengan daftar B terdiri atas item-item yang ditandai huruf a,b,c dan
seterusnya. Untuk menjaga mutu reliabilitas dan validitasnya, salah satu daftar
instrumen evaluasi di atas sebaiknya ditambah sekitar 10% sampai 20%.
Dengan demikian, kemungkinan siswa menebak semaunya pada saat mengerjakan
satu atau dua soal yang terakhir dapat dihindari. Agar lebih jelas,
berikut ini penyusunannya disajikan dalam sebuah contoh :
Petunjuk :
“ Isilah titik-titik yang terdapat pada daftar A dengan
menuliskan salah satu huruf dari daftar B yang cocok/benar. Nomor 1 yang sudah
terisi adalah contoh cara mengerjakan soal selanjutnya.
No Daftar
A Daftar
B
1
Al-Fatihah…..…
a. Menyekutukan Allah
2
Al-Furqan………
b. Beragama Yahudi atau Nasrani
3 Arafah………….
c.WajibdilaksanakandibulanRamadan
4 Ilmu
Pengetahuan…..
d. Wajib ditunaikan bagi orang Muslim yang mampu
5 Kafir
Kitabi……..
e. Beragama Hindu atau Budha
6 Murtad
………….
f. Wajib dituntut oleh setiap Muslim
7
Musyrik………….
g. Nama lain bulanRamadhan
8
Puasa………..
h. Tempat wukuf jama’ahhaji
9
Syahadatain………
i. Bacaan wajib dalamsholat
10 Zakat………..
j.
Keluar dari Islam
4. Tes Isian
Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan
pendek, yang pada bagianbagian yang memuat istilah atau nama tertentu
dikosongkan. Tugas siswadalam hal ini berpikir untuk menemukan kata-kata yang
relevan dengan karangan tersebut. Lalu kata-kata itu dituliskan pada
titik-titik atau ruang kosong yang terdapatpada badan karangan tadi. Untuk
memperjelas uraian mengenai tes isian itu, selanjutnya disajikan contoh paling
sederhana di bawah ini.
Contoh :
“ Isilah titik-titik di bawah ini dengan kata-kata yang
benar!
“ Atas berkat rahmat……… Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan …………supaya berkehidupan kebangsaan yang…………..,maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini……………….”
5. Tes Melengkapi
Cara menyelesaikan tes melengkapi pada dasarnya sama
dengan menyelesaikan tes isian. Perbedaannya terletak pada kalimat-kalimat yang
digunakan sebagai instrumen. Dalam tes melengkapi, kalimat-kalimat itu tidak
disusun dalam bentuk karangan atau cerita pendek tetapi dalam bentuk yang
masing-masing berdiri sendiri.
Sebagai contoh, berikut ini disajikan salinan teks
proklamasi dalam ejaan aslinya.
Petunjuk !
“ Isilah titik-titik
yang ada pada setiap kalimat du bawah ini dengan kata-kata yang sesuai!”
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan……………
Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l…………. dengan tjara
seksama dan dalam tempo jang sesingkat singkatnja.…….., hari 17 boelan
8tahoen’45 Atas nama ………Indonesia…………/Hatta
b. Bentuk Subyektif
Alat evaluasi yang berbentuk tes subyektif adalah alat
pengukur prestasi belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan skor atau angka
pasti, seperti yang digunakan untuk evaluasi obyektif. Hal ini disebabkan
banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa. Instrumen evaluasi
mengambil bentuk essayexamination, yakni soal ujian mengharuskan siswa
menjawab setiap pertanyaan dengan cara menguraikan atau dalam bentuk karangan
bebas. Banyak ahli menganggap evaluasi subyektif itu sukar sekali dipercaya
reliabilitas dan validitasnya, karena subyektivitas guru penilainya lebih
menonjol (Suryabrata, 1984 : 67). Contoh; sebuah esai jawaban yang hari ini
diberi nilai 70, mungkin dua minggu yang akan datang, jika diperiksa lagi akan
diberi nilai 60 atau 80. Namun demikian, menghindari pemakaian tes subyektif (essay
test) hanya karena alasan subyektivitas guru adalah suatu tindakan yang
berlawanan dengan perkembangan modrenisasi pendidikan. Tes esai ini lebih
populer di manamana khususnya di negara-negara maju, mengingat keunggulannya
yang sulit ditandingi terutama oleh instrumen tes B-S dan pilihan berganda yang
sering mendorong siswa bermain tebak-tebakan atau “menghitung kancing” itu. Ada
beberapa keunggulan tes esai yang secara implisit diakui juga oleh Suryabrata
(1984 :68), yakni bahwa :
a. Tes esai tidak hanya mampu mengungkapkan materi hasil
jawaban siswa tetapi juga cara atau jalan yang ditempuh untuk memperoleh
jawaban itu.
b. Tes esai dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif,
kritis, bebas, mandiri, tetapi tanpa melupakan tanggung jawab. Mengenai sikap
subyektif guru penilai tidak perlu menjadi halangan penggunaan tes ini, sebab
seperti objektivitas, subjektivitas juga ada batasnya. Persoalannya sekarang
adalah bagaimana kita mencetak guru profesional dalam arti luas dan
komprehensif termasuk dalam hal evaluasi prestasi belajar para siswanya.
B. TEKNIK EVALUASI PENDIDIKAN
Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan
Islam adalah :
1.Teknik tes :
Teknik tes adalah tenik yang digunakan untuk menilai
kemampuan anak didik, meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil
belajar, serta bakat khusus dan inteligensinya.2
Teknik ini terdiri atas :
a. Uraian (essay test) terdiri dari:
1.
Uraian bebas (free essay)
2.
Uraian terbatas (limited essay)
b. Objective test
1. Betul
–salah (true-false)
2.
Pilihan ganda (multiple choice)
3.
Menjodohkan (matching)
4.
Isian (complition)
5.
Jawaban singkat (short answer)
c. Bentuk tes lain:1
1.
Bentuk ikhtisar
2.
Bentuk laporan
3.
Bentuk khusus dalam pelajaran bahasa seperti, ta’bir syafawi (oraltest)
dan ta’bir tahriri (written test).
2.Non tes:
Teknik yang digunakan untuk menilai karakteristik
lainnya, misalnya minat, sikap, kepribadian siswa dan sebagainya. Teknik
ini meliputi :
a. Observasi terkontrol
b. Wawancara/interview, rating scale
c. Inventory
d. Questionnaire
e. Anecdotal accounts
Jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan
Islam adalah :
1. Tes tertulis (written test)
2. Tes lisan (oral test)
3. Test perbuatan (performance test)
Aspek kognitif biasanya menggunakan tes tertulis maupun
lisan, sedangkan aspek psikomotorik menggunakan tes perbuatan. (Zuhairini,
1981: 158).
C. SYARAT ALAT EVALUASI
Langkah pertama yang perlu ditempuh guru
dalam menilai prestasi belajar siswa adalah menyusun alat evaluasi (test
instrument) yang sesuai dengan kebutuhan dalam arti tidak menyimpang dari
indikator dan jenis prestasi yang diharapkan. Persyaratan pokok penyusunan alat
evaluasi yang baik dalam persfektif psikologi belajar (Thepsychology of
learning) melihat dua macam, yakni : 1) reliabilitas; 2) validitas (Butler,
1990 :98). Persyaratan lainnya adalah objektif, diskriminatif dan sebagainya
yang dikemukakan oleh kebanyakan penyusun buku psikologi pendidikan dan buku
ilmu-lmu kependidikan pada umumnya. Reliabilitas secara sederhana
berarti tahan uji atau dapat dipercaya. Sebuah alat evaluasi dipandang reliabel
atau tahan uji, apabila memiliki konsistensi (ketetapan) dan keajegan hasil.
Artinya apabila alat itu diujikan kepada kelompok siswa pada waktu tertentu
menghasilkan prestasi “ X “, maka prestasi yang sama atau hampir sama dengan “
X “ itu dapat pula dicapai kelompok siswa tersebut setelah diuji ulang dengan
alat yang sama pada waktu yang lain. Validitas pada prinsipnya berarti
keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi dipandang valid (absah) apabila
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Contohnya, apabila sebuah alat
evaluasi bertujuan mengukur prestasi belajar matematika, maka item-item dalam
alat itu hendaknya hanya direkayasa untuk mengukur kemampuan matematis para
siswa. Kemampuan kemampuan lainnya yang tidak relevan, seperti kemampuan dalam
bidang bahasa, IPS dan sebagainya tidak perlu diukur oleh instrumen evaluasi
matematika tersebut.3
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Muhibbinsyah (2003 : 201) menggolongkan teknik evaluasi
ke dalam pembagian ragam alat evaluasi. Menurutnya secara garis besar ragam
alat evaluasi terdiri atas dua macam bentuk, yaitu :
1). Bentuk objektif
2). Bentuk subjektif.
Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan
Islam adalah :
1.Teknik tes :
2.Non tes:
Langkah pertama yang perlu ditempuh guru
dalam menilai prestasi belajar siswa adalah menyusun alat evaluasi (test
instrument) yang sesuai dengan kebutuhan dalam arti tidak menyimpang dari
indikator dan jenis prestasi yang diharapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis
maupun pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Slameco
(tanpa tahun). Evaluasi Pendidikan. Salatiga:Bina Aksara
Arikunto,
Suharsimi 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
http//:www.canboyz.com, akses 02 Des 2010
RAGAM, TEKNIK, ALAT EVALUASI BELAJAR
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengembangan Sistem
Evaluasi PAI
Dosen Pengampu Bp.Dr. H. Ihsan,M.Ag
Disusun
Oleh :
Ifa Anasari (111633 )
Syahroni (111654 )
Siti
Qotijah (111644)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH
TAHUN
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar